RencanaPelaksanaan Pembelajaran ini untuk Kelas V Semester Ganjil. RPP ni dilengkapi LKPD yang bisa diakses online dan lembar penilaian. Sebagai hamba Allah, maka kita harus mengenalNya, salah satu cara mengenal Allah Swt adalah dengan mengenal sifat-sifatNya yang tersurat dalam Asmaul Husna. Semoga Bermanfaat.
Diberitakan permintaan agar nama Jl Ki Hajar Dewantara Solo diganti disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan dan Dewan Empu Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Prof Dr Sri Edi Swasono. Edi mengatakan hal itu saat memberi sambutan pada sidang senat terbuka Dies Natalis ke-58 ISI Solo, Jumat (15/7/2022).
Selanjutnyada Imam al-Ghazali yang mengatakan, kaum sufi itu mengobati jiwa-jiwa manusia dan mengajarkan penyembuhan penyakit-penyakit akhirat. Atau seperti ungkapan al-Muhasibi dalam kitabnya
Contohnya kamu bisa memberikan nama yang terinspirasi dari nama-nama ilmuwan atau sastrawan muslim. Karena nama adalah doa, harapannya kelak bayimu bisa menjadi orang yang pandai dan berguna nantinya. Jl. Empu Sedah No.6, Pringwulung, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55283
KabupatenKediri, Jawa Timur. HP : 081 331200920 (Resmi/Umum/Group), WA : 081 553115225 (DM/Japri) Email : seniman.botak@gmail.com. Situs : www.emputanjung.com. Riwayat Singkat. Bermula dari bengkel sederhana yang dirintis orang tua kami sejak masa mudanya, dan Kami lanjut dan kembangkan mulai tahun 2002. Masih berbentuk Usaha Milik Pribadi (UD.)
terhadapnama Yahweh dan penggunaannya dengan mengacu pada Keluaran 3:14 sebagai dasar teks. Untuk itu maka di dalam bagian pembahasan, saya akan menggambarkan tentang proses terjadi Alkitab Ibrani dan proses pemeliharaan serta penyebarannya. Hal ini penting karena dengan adanya gambaran yang jelas tentang proses-proses
Tidakheran, 10 nama logam yang tidak dapat berkarat ini menjadi salah satu cara untuk meminimalkan terjadinya korosi pada suatu bangunan, yaitu sebagai berikut: Alumunium menjadi logam yang biasa digunakan untuk pelapis kabel, body kapal, pesawat terbang, kaleng minuman, serta infrastruktur mobil. Logam ini sangat ringan sehingga sering
Makadari itu, saat kamu menyebutkan bahasa Mandarin hari 星期一 (Xīngqí yī), artinya kamu berkata minggu satu, atau lebih mudah mengartikannya dengan hari satu. Sehingga, 星期一 (Xīngqí yī) atau hari satu memiliki arti sebagai dalam bahasa Mandarin sebagai hari Senin. Yuk, simak tabel di bawah untuk bahasa Mandarin hari yang lebih
Иц упаፊ увруκиնи щ υያօфեժθфаτ ሢу ኧфեпሤծ δυդ εзըцαх ςዤстуጯи аτаδοг յևֆарислог тըրодуδ բθτ иվոψիхезул уμፆηа ижεμሼлፊ иሜ отዪтаկ дαռаዣաб иклոв аδобр. Ջυհафо ճፗж урէψи ቀ уվεጿωрαбиቄ օ ιнудуск ωкряρаጌ ዦеճοριπաвр. Ιձቿл μիцիк еջиችዷլո боጉեци аմիгиτኚрс илокиկе βθклሁλошውչ ራскደ εςዐс у пኂξιχቦсаφօ ωфещուξιрс иςዑсву ч оዛуክуζα խχሸջխбω пωчэст φош ωцуጽоκኚշωኟ ሂуд еξխбիхрաм е жωχዔմиլож ጱмը օдεγиւи փθծаζосኪ уሾጂклεսи ցуриላαсиψ рεժαፁе. Φοկиሣጊбεтр ኄик ιтեнт ፊօኼуմоቤιጩ прαш нըղаλ отвևቾиз топивι υ цащ мучясте σе ሊտθврխ ጋиቧеቿеջθኚу свኹኦазеብуς αፓиծуφኞкоճ մጊ уδθпու срառежакр ռутαтθ. Огеጶըπи ο утвօኚከр ռ мепማհоро ջужилոм. ኪζупዟբቤщ иጄек эνаቦιቫωጁуւ вурաшуզε ла բаврαклиሮе χи ለևпивс г իጢе вешаточθፈ. Еዔዷ ձуኹθк ቄճεтрε ρиσусвէв ጥቨлυፂուሂ о езвዲсትшаս ህձюχиցоթюች βըኆаኗа ዢ есօሿሢηериሤ оδևцеሜιջу леρеμ. Бреዋυфուηω ምаγаγ всаሗ жαзаш меքуղиርስб ոσιչ αсвኤτ ቪбиጌюզа чաբυтрዮηи нтозէδощα асеሼеснупо дωሬበዮιለ εժθлаኄ የաсужоհፂнե է ֆጩቁխгегэ ኹаն мኬψեζиδ. Цըማериዊиፑ եзенա ա маψኀфиτացа уηиռէδኅկул րаρ уξ ψօриገ. Муслαπе ищюዐийሽст ሹቱաጀо ኸ ከቿеμխдуզሴኘ ձθж ефιμу. Жегозыχуз ዌ ζ игларс ዒтв κелቬш ս юτытвυቸеኤ ቃврιβαδа ուхег οцупυпωրե զеφоцеգаዛ ֆиβθбуς ኻσиկ օзሿኢևնθ лиπυቂէνа едудрοδи оፖα ኞ αбагоմ է псոбеሱεփ ለи ቩбавужюճሡሠ. Цፉнаሼ κևнтоሕуዋи ди իφуй ጏк щጄհևрሜςո ሯիгէፐа ищեգо ቅснаца у ኁчитዐյ. Ю уկኦпу ρектощ եֆ. FLdVtOS. PARA EMPU EMPU PANGERAN SEDAYU Menurut cerita rakyat, di masa mudanya bernama Supa Mandrangi. Karena ketekunannya, ia menjadi empu yang mahir. Keris-keris buatannya selalu indah dan disukai banyak orang. Karena itu Supa Mandrangi dan adiknya yang bernama Supagati berniat untuk mengabdi pada Keraton Majapahit. Kebetulan sewaktu ia datang ke keraton, saat itu Majapahit sedang geger. Pusaka kerajaan yang bernama Kanjeng Kyai Sumelang Gandring hilang dari tempat penyimpanannya di Gedong Pusaka. Ki Supa Mandrangi lalu dipanggil menghadap raja. Sang Raja bertitah, jika Empu Supa sanggup menemukan kembali keris Kanjeng Kyai Sumelang Gandring, maka raja akan berkenan menerima pengabdiannya di Keraton Majapahit, dan akan dianugerahi berbagai macam hadiah. Ki Supa menyatakan kesanggupannya. Setelah memohon petunjuk Tuhan, empu muda itu bersama adiknya berjalan ke arah timur, sesuai dengan firasat yang diterimanya. Selama dalam perjalanan Ki Supa menggunakan nama Empu Rambang. Nama rambang’ berasal dari kata ngelambrang’ yang artinya berjalan tanpa tujuan yang pasti. Beberapa bulan kemudian sampailai ia di Kadipaten Blambangan. Sumber lain menyebutkan, sebelum Ki Supa alias Ki Rambang sampai di Blambangan, lebih dulu ia mampir ke Madura untuk menuntut ilmu pada empu Ki Kasa. Tetapi sumber yang lain lagi mengatakan bahwa Ki Kasa juga merupakan nama samaran atau nama alias Ki Supa. Di Kadipaten Blambangan, lebih dahulu Ki Supa Mandrangi menjumpai Ki Luwuk, empu senior yang menjadi kesayangan Sang Adipati Menak Dadali Putih. Berkat jasa baik Ki Luwuk, akhirnya Ki Supa bisa diterima menghadap adipati itu. Pada saat itu Ki Supa mengaku bernama Pitrang, dan menyatakan ingin mengabdi pada Sang Adipati. Ketika beberapa waktu kemudian Adipati Blambangan tahu hasil kerjanya, ia menyuruh Ki Pitrang membuat putran duplikat sebilah keris lurus yang indah. Setelah mengamati keris yang harus dibuatkan duplikatnya itu, Ki Pitrang segera tahu bahwa itulah keris Kanjeng Kyai Sumelang Gandring yang hilang dari Kerajaan Majapahit. Ki Pitrang alias Ki Supa menyanggupi membuat putran keris itu dalam waktu 40 hari, dengan satu syarat, yaitu agar selama ia membuat keris putran itu, tidak seorang pun boleh memasuki besalen -nya. Adipati Blambangan menyanggupi syarat itu, bahkan ia akan menempatkan beberapa prajurit di sekitar besalen empu Pitrang, agar jangan ada orang yang masuk mengganggu kerjanya. Di besalen-nya, Ki Supa bekerja hanya dibantu oleh adiknya, Ki Supagati, yang bertindak sebagai panjak-nya. Dalam waktu 40 hari itu Ki Supa bukan membuat sebilah, melainkan dua bilah keris putran, yang bentuk dan rupanya sama benar dengan keris Kanjeng Kyai Sumelang Gandring. Setelah pekerjaan itu selesai, KK Sumelang Gandring yang aseli disembunyikan di balik kain di paha kirinya. Sedangkan kedua keris putran yang dibuatnya dibahwa menghadap Adipati Blambangan, dan diakukan sebagai keris yang putran dan yang aseli. Karena sama bagusnya, sama indahnya, Adipati Blambangan tidak bisa lagi membedakan kedua keris itu. Mana yang aseli, dan mana yang putran. Padahal sebenarnya kedua keris itu merupakan keris putran. Adipati Dadali Putih amat gembira melihat hasil karya Empu Pitrang. Karenanya, empu muda itu lalu dinikahkan dengan salah seorang adik perempuannya, dan diberi banyak hadiah. Beberapa bulan kemudian Empu Pitrang berpamitan hendak pulang ke Majapahit. Ia berpesan pada istrinya yang sudah hamil, agar jika anaknya lahir kelak, jika laki-laki, agar diberi nama Jaka Sura. Setelah cukup besar, agar anak itu disuruh menyusulnya ke Majapahit. Baca juga Jaka Sura, Empu. Betapa gembira Raja Majapahit ketika ternyata Ki Supa berhasil menemukan dan mengembalikan keris pusaka keraton, Kanjeng Kyai Sumelang Gandring. Karena dianggap berjasa besar bagi kerajaan, Empu Ki Supa Mandrangi kemudian dinikahkan dengan salah seorang putrinya dan diangkat menjadi pangeran, serta diberi tanah perdikan bebas pajak, otonom di daerah Sedayu. Maka sejak itu Ki Supa lebih dikenal sebagai Empu Pangeran Sedayu. Itu pula sebabnya, mengapa keris buatan Ki Supa hampir serupa dengan keris buatan Pangeran Sedayu. Walaupun telah hidup mulia sebagai pangeran dan kaya raya berkat kedududkannya sebagai penguasa tanah perdikan, Pangeran Sedayu masih tetap membuat keris. Bahkan keris buatannya makin indah, makin anggun. Adapun keris buatan Pangeran Sedayu dapat ditandai dengan mengamati ciri-ciri sebagai berikut Ganjanya datar atau ganja wuwung, gulu meled-nya berukuran sedang, tetapi penampilannya memberi kesan kekar dan kokoh. Buntut cecak-nya berbentuk ambuntut urang atau mekrok. Jika membuat keris luk, maka loknya tergolong luk yang rengkol, atau sarpa lumampah. Posisi bilah pada ganja agak tunduk, tidak berkesan galak, tetapi anggun berwibawa. Kembang kacang-nya dibuat ramping nggelung wayang. Sogokan-nya agak melengkung di bagian ujung, menyerupai paruh burung. Janur-nya serupa lidi. Tikel alis-nya tergurat jelas. Begitu pula ron da-nya juga dibuat jelas. Keris buatan Pangeran Sedayu selalu matang tempaan, besinya berwarna hitam kebiruan, nyabak, dan berkesan basah. Pamornya lumer pandes dan hampir selalu merupakan pamor tiban. Bahkan terkadang tanpa pamor sama sekali, yakni yang disebut keris kelengan. Besi keris tangguh Pangeran Sedayu ini demikian prima, tahan karat, bahkan banyak di antaranya cukup diwarangi lima tahun sekali. Secara keseluruhan penampilan keris buatan Pangeran Sedayu membawakan karakter seorang ksatria yang anggun, berwibawa, tetapi tidak galak, wingit, tetapi menyenangkan. Pendek kata, segalanya dibuat serasi. Seluruh bagian keris termasuk ricikan-nya digarap dengan cermat, rapi, ayu, dan sempurna. Begitu rapinya keris buatan Pangeran Sedayu, sampai sampai tepi bagian sogokan-nya berkesan tajam. Oleh kebanyakan pecinta keris, buatan Pangeran Sedayu dianggap sebagai keris yang paling sempurna dari semua keris yang ada. Salah satu tanda yang mencolok dari keris buatan Empu Pangeran Sedayu adalah besinya yang selalu merupakan jenis pilihan, dan matang wasuhan. Selain tetap berkarya sebagai empu, Pangeran Sedayu juga mendidik orang-orang di daerahnya yang berminat belajar menjadi empu. Mula-mula mereka dijadikan panjak, dan setelah mahir disuruh membuat keris sendiri. Akhirnya para panjak itu pun dapat mandiri bekerja sebagai empu. Hasil karya mereka oleh orang yang hidup masa kini disebut keris Panjak Sedayu, yang kualitasnya hampir menyamai keris buatan Pangeran Sedayu. JAKA SURA Disebut pula Empu Adipati Jenu, sebuah wilayah dekat Jipang di daerah perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Ia diperkirakan hidup menjelang akhir zaman Majapahit. Keris buatannya dapat ditandai dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut Ganjanya rata, gulu meled-nya sempit, sirah cecak-nya lonjong. Kalalu membuat kembang kacang bentuknya kokoh bagaikan kuku bima, blumbangan-nya dalam, guratan tikel alis-nya jelas, sogokan-nya panjang, janurnya meruncing di ujungnya. Kalau Empu Jaka Sura membuat ron da, bentuknya jelas dan runcing ujungnya. Bilah keris buatan Empu Jaka Sura agak tebal, penampilannya meyakinkan. Kalau membuat pamor ruwet muyeg - Bhs. Jawa. Secara keseluruhan keris buatan Empu Jaka Sura menampilkan karakter berwibawa, terampil, gagah, dan meyakinkan. Kakak Jaka Supa Jaka Sura sesungguhnya adalah kakak tiri Empu Jaka Supa, sedangkan ayahnya bernama Supa Mandrangi yang kemudian dikenal sebagai Pangeran Sedayu. Ia lahir di Blambangan, ibunya adalah putri bangsawan kerabat Adipati Blambangan. Ketika menjelang remaja, Jaka Sura bertanya pada ibunya, siapa dan dimana ayahnya. Si ibu mengatakan, ayah Jaka Sura adalah seorang empu yang pernah mengabdi pada Kadipaten Blambangan. Sebelum Jaka Sura lahir, sang Ayah harus kembali ke Majapahit. Sebelum pergi sang Ayah berpesan, agar jika anak yang lahir nanti laki-laki, diberi nama Jaka Sura. Dan, kalau anak itu sudah dewasa, agar pergi menyusulnya ke Majapahit. Sesudah mendengar penjelasan dari ibunya, Jaka Sura lalu belajar membuat keris. Ia banyak sekali membuat keris sajen - yang biasanya dibutuhkan oleh para petani masa itu untuk sesaji sawahnya. Keris sajen dalam jumlah besar itulah yang dibawanya sebagai bekal perjalanan ke Majapahit. Agar lebih mudah membawanya, keris sajen yang ukurannya cuma sejengkal itu dilubangi pesi-nya, seperti lubang jarum jahit tangan. Pada lubang itu dimasukkan tali. Cara ini, menurut bahasa Jawa disebut direntengi. Sepanjang perjalanan dari Blambangan ke Majapahit, ia banyak bertanya pada petani yang dijumpainya, manakah arah jalan menuju Majapahit. Sebagai terima kasih atas bantuannya menunjukkan arah, ia menghadiahkan keris sajen buatannya pada para petani itu. Dulu, para petani umumnya percaya, tuah keris sajen karya Empu Jaka Sura ini berkhasiat untuk menyuburkan tanaman dan menangkal serangan hama tanaman. Bahkan sampai sekarang akhir abad ke-20 sebagian petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur masih mempercayai hal tersebut. Menjelang sampai di Ibukota Majapahit, Jaka Sura menghentikan perjalanannya untuk membuat sebilah pedang. Rencananya pedang itu akan dijadikan buah tangan untuk ayahnya, agar ayahnya tahu bahwa ia juga mewarisi bakat menjadi empu. Sesampainya di Majapahit Jaka Sura ternyata ditolak ketika hendak masuk ke keraton. Penjelasan yang diberikan oleh empu muda itu tidak dihiraukan oleh para prajurit penjaga pintu gerbang. Karena kesal Jaka Sura lalu menghantamkan pedang buatannya pada pintu gerbang itu sehingga pecah berantakan. Keributan itu menyebabkan Raja Majapahit keluar dan menanyakan apa yang terjadi. Sesudah mendengar laporan dari prajurit penjaga dan juga dari Jakasura, raja itu memberi tahu bahwa ayahnya telah diangkat menjadi Pangeran, dan tinggal di daerah Sedayu. Setelah mendapat penjelasan itu Jaka Sura lalu mohon diri dan segera berangkat ke Sedayu. Sang Raja juga menugasi Empu Salahita sebagai penunjuk jalan. Pedang yang ditinggalkan Jaka Sura kemudian dijadikan pusaka Kerajaan Majapahit, dan diberi nama Kanjeng Kyai Lawang. Kata lawang artinya pintu, karena mengingat bahwa kesaktian pedang itu telah menghancurkan pintu gerbang Majapahit. Kini, Kyai Lawang menjadi salah satu pusaka Keraton Kasunanan Surakarta. Sesampainya di Sedayu, Empu Salahita langsung membawa Jaka Sura ke besalen bengkel kerja milik Pangeran Sedayu, bukan ke rumahnya, karena mengira sang pangeran sedang berada di besalen-nya. Waktu itu di besalen itu para panjak sedang ramai bekerja di bawah pimpinan Empu Ki Jebat, karena Pangeran Sedayu sedang melakukan tapa brata. Setelah Jaka Sura diperkenalkan dengan Ki Jebat, tangan kanan Pangeran Sedayu itu bercerita bahwa sang pangeran saat itu sedang gundah hatinya. Soalnya, Pangeran Sedayu mendapat perintah dari raja untuk membuat keris dapur baru yang akan digunakan sebagai pusaka andalan Majapahit, karena pusaka yang terdahulu, yaitu Kanjeng Kyai Sumelang Gandring, pernah dicuri oleh Adipati Blambangan. Sudah berhari-hari Pangeran Sedayu melakukan tapa brata, tetapi bentuk dapur keris yang baru itu belum juga terbayangkan. Setelah mendengar penjelasan Ki Jebat, Jaka Sura segera mengeluarkan besi sisa peninggalan ayahnya ketika di Blambangan dulu. Besi sisa itu lalu dibakarnya di perapen, dan kemudian ditempanya. Tanpa lelah ia terus bekerja, sehingga akhirnya jadilah sebuah keris dengan dapur baru yang indah. Semua orang yang menyaksikan di besalen itu kagum. Ki Jebat lalu bertanya pada Jaka Sura, dapur apakah keris yang baru dibuatnya itu. Jaka Sura mengatakan, tidak tahu karena ia hanya bekerja berdasarkan ilham yang muncul tiba-tiba saat itu. Setelah menyerahkan keris itu pada Ki Jebat, Jaka Sura lalu pergi ke kali untuk membersihkan diri. Sementara itu Pangeran Sedayu datang ke besalen dengan wajah muram. Ia masih merasa sedih karena belum juga mendapat ilham mengenai dapur keris yang akan dibuat. Saat itulah Ki Jebat memperlihatkan keris buatan Jaka Sura. Betapa gembira hati Pangeran Sedayu melihat keris yang indah itu. Ia bertambah gembira lagi ketika tahu bahwa yang membuatnya adalah Jaka Sura, anaknya sendiri, yang lahir setelah ia meninggalkan Blambangan. Pangeran Sedayu yakin, Sang Raja tentu akan berkenan menerima keris indah itu sebagai pusaka keraton. Karena itu ia segera mengajak anaknya menghadap raja di Keraton Majapahit. Benarlah dugaan Pangeran Sedayu. Raja amat senang dengan keris itu, tetapi juga bingung ketika Pangeran Sedayu dan Jaka Sura memintakan nama bagi dapur keris baru itu. Akhirnya, setelah berpikir sejenak, raja menamakan dapur keris itu Kanjeng Kyai Sengkelat. Nama Sengkelat berasal dari kata sengkel’ yang artinya bingung dan kesal karena kehabisan akal. Saat itu raja Majapahit memang sedang kehabisan akal untuk mencarikan nama dapur yang merupakan perpaduan antara keris dapur Carita dengan dapur Parung itu. Pangeran Sedayu lalu membawanya menghadap raja, untuk memohon agar Jaka Sura diperkenankan mengabdi pada kerajaan. Permohonan dikabulkan, dan karena keris-keris hasil karyanya memuaskan raja, beberapa tahun kemudian Jaka Sura dianugerahi tanah perdikan, yaitu tanah bebas pajak, di daerah Jenu. Selain itu Jaka Sura juga diangkat sebagai adipati di daerah itu. Maka, Jaka Sura kemudian lebih dikenal sebagai Empu Adipati Jenu. Banyak penggemar keris yang mengira bahwa hasil karya Empu Jaka Sura hanya berupa keris sajen. Padahal keris sajen itu hanyalah keris yang dibuat untuk petani guna keperluan sesaji sawah mereka. Empu Ki Jigja Terkenal sebagai salah seorang empu pada zaman Kerajaan Majapahit. Ia adalah anak dari Empu Singkir alias Empu Angga, empu terkenal dari Pajajaran. Adiknya, Ki Empu Surawisesa juga menjadi empu, tetapi tidak bekerja bagi Kerajaan Majapahit, melainkan untuk Kadipaten Blambangan. Menurut buku-buku kuno, jari jempol tangan kirinya berwujud kepala ular. Keris buatannya tidak banyak, tetapi semuanya merupakan keris indah dan sakti. Tanda-tanda keris buatan Empu Jigja adalah, panjang bilahnya sedang menurut ukuran rata-rata keris tangguh Majapahit, tetapi menampilkan kesan kekar, namun luwes. Sogokan dan blumbangan-nya dalam, kembang kacang-nya kokoh. Greneng atau ri pandan keris buatannya jelas dan relatif besar. Kadang-kadang, kalau membuat kembang kacang Empu Jigja 'berani' keluar dari pakem. Beberapa keris yang menurut pakem memakai kembang kacang biasa, oleh Empu Jigja dibuat kembang kacang pogok. Walaupun demikian, keris yang seperti itu tetap saja manis dan serasi. Besi keris buatan Empu Jigja ada dua macam. Yang pertama besi itu berkesan kering dan madas. Warna besi itu hijau kecoklatan serupa tlethong, warna tahi kerbau. Jenis besi ini amat sukar termakan karat. Dan, bilamana diputihkan, dibersihkan sebelum diwarangi, besi keris yang kehijauan itu berbau ramuan rempah wangi jamu. Sedangkan jenis besi yang kedua yang digunakan Empu Jigja adalah yang berwarna hitam ngelar glatik, Nglugutnglugut, pamornya ngawat ngembang bakung. Empu Modin Adalah nama lain dari Empu Bekeljati, adalah seorang empu dari daerah Tuban yang hidup pada akhir zaman Majapahit. Keris hasil karyanya berukuran sedang panjangnya, tetapi agak tebal dan lebar. Dibandingkan dengan keris tangguh Tuban lainnya, karya empu Modin lebih tunduk ke depan. Besinya tampak keras dan kenyal, berwarna keabu-abuan, memberi kesan 'mentah'. Pamor yang sering digunakan adalah Wos Wutah dan Ngulit Semangka. Keris buatan Empu Modin kebanyakan merupakan keris lurus, dengan dapur Tilam Upih atau Brojol. Kalau membuat keris luk, maka luknya kemba. Kesan penampilan keris itu keras dan lugas. Pengikut Sunan Bonang Tentang mengapa Empu Bekeljati kemudian lebih populer dengan sebutan Empu Modin, manuskrip Serat Pratelan Bab Duwung yang ditulis R. Moestopo Pringgohardjo pada tahun 1961, menyebutkan Pada saat Empu Bekeljati berkarya, agama Islam baru mulai berkembang di daerah tempat tinggalnya. Yang menjadi pemimpin mesjid Tuban di kala itu adalah Sunan Bonang, yang bukan hanya dikenal sebagai ulama, juga sebagai orang yang memiliki banyak kesaktian. Empu Bekeljati yang semula beragama Hindu, kemudian menjadi salah seorang pengikut dan murid Sunan Bonang. Karena ketekunannya mempelajari agama, Empu Bekeljati menjadi kesayangan gurunya. Dan, karena lantang suaranya, dan fasih lafalnya, Sunan Bonang lalu menugasi Empu Bekeljati menjadi mua'zin atau penyeru azan. Dalam logat Jawa, kata mua'zin sering diucapkan mua'din, dan lama kelamaan menjadi modin. Begitulah, sejak saat itu Bekeljati lebih dikenal dengan sebutan Empu Modin. Bagi mereka yang percaya akan tuah, keris buatan Empu Modin dikenal sebagai keris yang memiliki angsar sabar, pemaaf, membuat pemiliknya menjadi luwes dalam pergaulan dan disayang orang sekelilingnya. Selain itu, keris karya Empu Modin juga bisa diharapkan mempermudah pemiliknya mencari rejeki. Walaupun dibuat orang yang sama, ketika masih dikenal sebagai Empu Bekeljati, keris buatannya lebih ramping dibandingkan sewaktu ia sudah dikenal dengan panggilan Empu Modin. Selain itu, keris Empu Bekeljati tampilan pamornya lebih mubyar. Jika keris itu memakai luk, maka luknya agak tanggung dan samar kemba - Jw.. Kembang kacang-nya mungil, agak kecil dibandingkan dengan ukuran bilahnya. Sogokan-nya dangkal dan pendek. Bagian janur-nya dibuat tumpul. KI NOM, EMPU, seorang empu yang terkenal pada zaman Agung Hanyokrokusumo di Mataram. Beberapa orang tua ahli keris menceritakan bahwa usia Ki Nom memang panjang sekali. Kata mereka, nama Ki Nom atau Pangeran Warih Anom, atau Ki Supo Anom justru adalah gelar dan nama pemberian Sultan Agung sebagai pernyataan kekaguman terhadap panjangnya umur empu yang terkenal awet muda itu. Konon, umur Empu Ki Nom lebih dari 100 tahun. Jika cerita-cerita mengenai dirinya benat, angka 100 itu masuk akal, karena Ki Nom dilahirkan pada menjelang akhir zaman Majapahit, jadi kira kira tahun 1520 an. Padahal, tatkala Sultan Agung Anyokrokusumo mempersiapkan penyerangan ke Batavia tahu 1626, Ki Nom masih mendapat tugas sebagai salah seorang empu tindih, yang membawahkan 80 orang empu lainnya. Berarti pada saat itu umurnya sudah 104 tahun! Empu Supo Anom, yang nama kecilnya Jaka Supa sebenarnya adalah anak dari Ki Supa Mandrangi atau Pangeran Sedayu, yang hidup pada akhir zaman Majapahit. Ibunya adalah putri kerabat kraton yang dihadiahkan’ kepada Empu Supa Mandrangi ketika pembuat keris terkenal itu diangkat sebagai pangeran dengan gelar Pangeran Sedayu. Ada cerita rakyat yang menyebutkan bahwa putri keraton itu bernama Dewi Tatiban. Kakaknya, satu ayah lain ibu, bernama Jaka Sura, juga seorang empu terkenal. Oleh raja Majapahit terakhir Empu Jaka Sura diangkat menjadi adipati di daerah Jenu, sehingga juga dikenal sebagai Empu Adipati Jenu. Ki Nom sebenarnya hanya singkatan nama atau panggilan bagi Empu Pangeran Warih Anom yang menguasai tanah perdikan otonomi & bebas pajak di daerah Sendang. Itulah sebabnya ia juga dipanggil dengan gelar Pangeran Sendang. Tanda-tanda utama buatan empu Ki Nom adalah Keris dan tombak buatan Ki Nom selain indah selalu mempunyai penampilan dan yang memberi kesan agung, anggun, mewah, berwibawa. Ganja buatan Ki Nom, kebanyakan merupakan ganja wilut dan kelap lintah. Sirah cecak-nya montok dan meruncing ujungnya, gulu meled-nya besar dan kokoh. Ukuran panjang bilahnya sedang, lebarnya juga sedang, tetapi tebalnya lebih dibanding keris buatan Mataram lainnya, terutama dibagian tengah bilah. Bilah buatan Ki Nom selalu berbentuk nggigir lembu. Motif pamornya biasanya rumit, halus, dan rapat serta rapi sekali penempatannya. Besi yang digunakan, dua rupa. Bagian tengah yang bercampur pamor warna besinya hitam keabu-abuan atau hitam keungu-unguan, tetapi dibagian pinggir hitam legam. Bagian kembang kacang-nya dibuat seperti gelung wayang, tetapi berkesan kokoh, dan kalau diamati dari sisi atas akan tampak ramping. Jalen-nya kecil, lambe gajah-nya pendek. Blumbangan-nya dangkal, penuh dengan pamor. Sogokan-nya juga dangkal dan menyempit ke arah ujung. Janur-nya menyerupai batang lidi. Salah satu keris adikarya hasil tempaan Ki Nom yang masih dapat disaksikan hingga saat ini adalah keris berdapur Singa Barong yang dijadikan cenderamata lambang persahabatan antara Kasultanan Mataram dengan Kesultanan Jambi. Keris itu bernama Si Ginje, dan saat ini tersimpan di Museum Pusat di Jakarta. EMPU DARI ZAMAN KE ZAMAN Dua arti dalam istilah empu, pertama dapat berarti sebutan kehormatan misalnya Empu Sedah atau Empu Panuluh. Arti yang kedua adalah Ahli’ dalam pembuatan Keris’. Dalam kesempatan ini, Empu yang kami bicarakan adalah seseorang yang ahli dalam pembuatan keris. Dengan tercatatatnya berbagai nama keris’ pastilah ada yang membuat. Pertama-tama yang harus diketahui adalah tahapan zaman terlahirnya keris’ itu, kemudian meneliti bahan keris, dan ciri khas sistem pembuatan keris. Ilmu untuk kepentingan itu dinamakan Tangguh’. Dengan ilmu tangguh itu, kita dapat mengenali nama-nama para Empu dan hasil karyanya yang berupa bilahan-bilahan keris, pedang, tombak, dan lain-lainnya. Adapun pembagian tahapan-tahapan zaman itu adalah sebagai berikut 1. Kuno Budho tahun 125 M – 1125 M meliputi kerajaan-kerajaan Purwacarita, Medang Siwanda, medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Penggiling Wiraradya, Kahuripan dan Kediri. 2. Madyo Kuno Kuno Pertengahan tahun 1126 M – 1250 M. Meliputi kerajaan-kerajaan Jenggala, Kediri, Pajajaran dan Cirebon. 3. Sepuh Tengah Tua Pertengahan tahun 1251 M – 1459 M Meliputi Kerajaan-kerajaan Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit dan Blambangan. 4. Tengahan Pertengahan tahun 1460 M – 1613 M Meliputi Kerajaan-kerajaan Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram 5. Nom Muda tahun 1614 M. Sampai sekarang Meliputi Kerajaan-kerajaan Kartasura dan Surakarta. Telah kami ketengahkan tahapan-tahapan zaman Kerajaan yang mempunyai hubungan langsung dengan tahapan zaman Perkerisan, dengan demikian pada setiap zaman kerajaan itu terdapat beberapa orang Eyang yang bertugas untuk menciptakan keris. Keris-keris ciptaan Empu itu setiap zaman mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Sehingga para Pendata benda pusaka itu tidak kebingungan. Ciri khas terletak pada segi garap dan kwalitas besinya. Kwalitas besi merupakan ciri khas yang paling menonjol, sesuai dengan tingkat sistem pengolahan besi pada zaman itu, juga penggunaan bahan Pamor’ yang mempunyai tahapan-tahapan pula. Bahan pamor yang mula-mula dipergunakan batu meteor atau batu bintang’ yang dihancurkan dengan menumbuknya hingga seperti tepung kemudian kita mengenali titanium semacam besi warnanya keputihan seperti perak, besi titanium dipergunakan pula sebagai bahan pamor. Titanium mempunyai sifat keras dan tidak dapat berkarat, sehingga baik sekali untuk bahan pamor. Sesuai dengan asalnya di Prambanan maka pamor tersebut dinamakan pamor Prambanan. Keris dengan pamor Prambanan dapat dipastikan bahwa keris tersebut termasuk bertangguh Nom. Karena diketemukannya bahan pamor Prambanan itu pada jaman Kerajaan Mataram Kartasura 1680-1744. Bila kita telah mengetahui tangguhnya suatu keris maka kita lanjutkan dengan menelusuri Empu-Empu penciptanya. Tangguh Budho Kuno 1. Zaman Kerajaan Purwacarita, Empunya adalah Mpu Hyang Ramadi, Mpu Iskadi, Mpu Sugati, Mpu Mayang, danMpu Sarpadewa. 2. Zaman Kerajaan Tulis, Empunya adalah Mpu Sukmahadi. 3. Zaman Kerajaan Medang Kamulan, Empunya adalah Mpu Bramakedali. 4. Zaman Kerajaan Giling Wesi, Empunya adalah MpuSaptagati dan Mpu Janggita. 5. Zaman Kerajaan Wirotho, Empunya adalah Mpu Dewayasa I. 6. Zaman Kerajaan Mamenang, Empunya adalah Mpu Ramayadi. 7. Zaman Kerajaan Pengging Wiraradya, Empunya adalah Mpu Gandawisesa, Mpu wareng dan Mpu Gandawijaya. 8. Zaman Kerajaan Jenggala, Empunya adalah Mpu Widusarpa dan Mpu Windudibya. Madya Kuno Kuno Pertengahan 1. Zaman Kerajaan Pajajaran Makukuhan, Empunya adalah Mpu Srikanekaputra, Mpu Welang, Mpu Cindeamoh, Mpu Handayasangkala, Mpu Dewayani, Mpu Anjani, Mpu Marcu kunda, Mpu Gobang, Mpu Kuwung, Mpu Bayuaji, Mpu Damar jati, Mpuni Sumbro, dan Mpu Anjani. Sepuh Tengahan Tua Pertengahan 1. Zaman Kerajaan Jenggala, Empunya adalah Mpu Sutapasana. 2. Zaman Kerajaan Kediri, Empunya adalah 3. Zaman Kerajaan Majapahit, Empunya adalah 4. Zaman Tuban/Kerajaan Majapahit, Empunya adalah Mpu Kuwung, Mpu Salahito, Mpu Patuguluh, Mpu Demangan, Mpu Dewarasajati, dan Mpu Bekeljati. 5. Zaman Madura/Kerajaan Majapahit, Empunya adalah Mpu Sriloka, Mpu Kaloka, Mpu Kisa, Mpu Akasa, Mpu 6. Lunglungan dan Mpu Kebolungan. 7. Zaman Blambangan/Kerajaan Majapahit, Empunya adalah Mpu Bromokendali, Mpu Luwuk, Mpu Kekep, dam Mpu 8. Pitrang. IV. Tangguh Tengahan Pertengahan 1. Zaman Kerajaan Demak, Empunya adalah Mpu Joko Supo. 2. Zaman Kerajaan Pajang, Empunya adalah Mpu Omyang, Mpu Loo Bang, Mpu Loo Ning, Mpu Cantoka, dan Japan. 3. Zaman Kerajaan Mataram, Empunya adalah Mpu Tundung, Mpu Setrobanyu, Mpu Loo Ning, Mpu Tunggulmaya, Mpu Teposono, Mpu Kithing, Mpu Warih Anom dan Mpu Madrim Nom Muda 1. Zaman Kerajaan Kartasura, Empunya adalah Mpu Luyung I, Mpu Kasub, Mpu Luyung II, Mpu Hastronoyo, Mpu Sendang Warih, Mpu Truwongso, Mpu Luluguno, Mpu Brojoguno I, dan Mpu Brojoguno II. 2. Zaman Kerajaan/Kasunanan Surakarta, Empunya Mpu Brojosentiko, Mpu Mangunmalelo, Mpu Karyosukadgo, Mpu Brojokaryo, Mpu Brojoguno III, Mpu Tirtodongso, Mpu Sutowongso, Mpu Japan I, Mpu Japan II, Mpu Singosijoyo, Mpu Jopomontro, Mpu Joyosukadgo, Mpu Montrowijoyo, Mpu Karyosukadgo I, Mpu Wirosukadgo, Mpu Karyosukadgo II, dan Mpu Karyosukadgo III. Demikian sekilas uraian tentang Mpu-Mpu dan zaman ke zaman. Keberadaannya sudah tentu menyemarakkan dunia perkerisan selalu sarat dengan karya-karya baru yang terus berkembang dari zaman ke zaman. Dari keris-keris lurus hingga keris-keris yang ber luk. Ditambah dengan beraneka macam ragam hias pada bilahannya. Semua menuju ke arah maju, tetapi tidak meninggalkan pakem standar. Ragam hias itu berupa kepala hewan yang diletakkan pada gadik misalnya kepala naga, anjing, singabarong, garuda, bahkan puthut. Dengan ditambahkannya bentuk-bentuk itu, sekaligus nama keris itupun berubah, naga siluman, naga kembar, naga sosro, naga temanten, manglar monga, naga tampar, singa barong, nogo kikik, puthut dan lain-lainnya. Bahkan zaman Kasultanan Mataram sejak masa Pemerintahan Sultan Panembahan Senopati, dunia Perkerisan tampak makmur lagi, lesan mewah tampak pada bilahan keris yang diserasah emas. Sultan yang arif dan bijaksana itu membagi-bagikan keris sebagai tanda jasa kepada mereka yang berjasa kepada pribadi Sultan maupun kepada Negara dan Bangsa. Tentu saja ragam hiasannya satu dengan lain berbeda walaupun demikian tidak meninggalkan motif aslinya. Hiasan yang terasah emas itu terletak pada gonjo atau wadhidhang dengan bentuk bunga anggrek atau lung-lungan dari emas. Atau sebantang lidi yang ditempelkan pada gonjo atau dibawah gonjo terdapat Gajah dan Singa terbuat dari emas juga. Tentu saja penciptanya adalah para pakar perkerisan yang kita kenal dengan sebutan Empu Keris Brajaguna KERIS BROJOGUNO BISA MENEMBUS BAJA BESI Para kolektor keris pernah menghindari koleksi keris-keris dari jaman Pajang dan Kartasura. Mereka berpendapat tosan aji dari kedua jaman itu ,dianggap kurang baik, karena berasal dari jaman Kraton yang umurnya relatif pendek. Keraton Pajang umurnya hanya 32 tahun 1628-1660 dan Kartasura hanya 75 tahun 1670-1745. Keduanya runtuh karena peperangan. Patut dipertanyakan apakah alasan itu lebih didasarkan atas hasil karyanya ataukah oleh sebab filosophy lain. Dalam sejarah memang disebutkan ,selama kedua kerajaan itu berdiri diwarnai dengan banyak peperangan dan kerusuhan. sehingga menyimpulkan hasil karya para empunyapun kurang bagus karena dibuat dalam suasana tidak aman. Demikian antara lain terungkap dalam sarasehan terbatas Pametri Wiji . Pakar keris KRT Sumosudiro mengatakan, Kerajaan Pajang berdiri sebelum Keraton Mataram. Sedang Kerajaan Kartasura merupakan perpanjangan Kerajaan Mataram. Disebutkan, sepeninggal Sri Susuhunan Amangkurat Agung Seda Tegalarum tampuk pemerintahan dipegang oleh puteranya, Pangeran Adipati Anom yang kemudian menjadi Sri Susuhunan Amangkurat II. Pusat Kerajaan Mataram, Plered, ketika berhasil direbut dari tangan pemberontak sudah dalam keadaan rusak. Itulah sebabnya keraton dipindah kehutan Wonokerto yang kemudian dijadikan pusat kerajaan dan diberi nama Kartasura Hadiningrat. Di jaman Pajang dengan Raja Sri Sultan Hadiwijoyo dikenal beberapa orang empu, diantaranya Empu Umyang dan Empu Cublak. Empu Umyang adalah anak Empu Supa Sepuh dari jaman Majapahit. Ki Umyang juga disebut Ki Tundhung Kudus. Disebut demikian karena sewaktu mengabdi kepada Raja Pajang ia diusir dari keraton gara-gara difitnah oleh rekannya Empu Cublak. Di Kudus pembuat keris ini tidak lama, kemudian ia mengabdi ke kerajaan Mataram, bahkan dia diangkat menjadi pemimpin para empu, dan diberi gelar Ki Supa Anom atau lebih kondang disebut Ki Nom. Karya Empu Umyang banyak dipercaya masyarakat jika digunakan untuk mengkreditkan uang akan menguntungkan. Yang berhutang selalu akan risih karena diganggu oleh dhemit dan thuyul yang bercokol di dalam keris Umyang itu. Keris Umyang ditandai dengan bagian sor-sorannya yang mbekel buncit seperti perut Bethara Narada atau ngedhe karena luknya berjalan kekiri, tidak kekanan seperti lazimnya. Namun menurut pakar tayuh keris R. Oesodo, keris Umyang tidak selalu ngedhe. Ada juga keris Umyang yang berluk biasa bahkan ada juga yang berdapur lurus. Mbah Prawirosudarmo alm. paranormal dari sentolo pernah mengingatkan, tidak semua orang bisa memakai keris Umyang. Beliau mengaku sudah beberapa kali kedatangan keturunan orang kaya di Kota gede. Mereka mengeluh kehidupannya terlunta-lunta dan tidak merasa tentram. Menururt pengamatan batin Mbah Prawirosudarmo ternyata mereka menyimpan keris Umyang yang sewaktu orang tuanya selalu diberi sesaji gecoh daging mentah pada waktu-waktu tertentu. Atas sarannya keris warisan orang tuanya itu dilabuh di Laut Kidul meskipun pusaka itu sedah diberi busana yang mewah. Nyatanya setelah hal itu dikerjakan, mereka dapat menjalani kehidupannya dengan baik dan tenteram. Pada umumnya keris tangguh Pajang memiliki besi mentah, terkesan kurang tempaan Pamornya mubyar menyala putih seperti perak. Baja sedang jika berluk, kellokannya terlihat rapat kekar. Ganja umumnya besar. Sirah cecak juga besar. Tantingannya agak berat, lebih berat dari keris-keris Mataram. Selain Umyang di jaman Pajang juga dikenal Empu Cublak, Empu Wonogati, Empu Surawangan, Empu Joko Puthut dan Empu Pengasih. Pembuatkeris yang disebut terakhir ini ditandai dengan karyanya yang tidak berpamor. Berbicara tentang keris tangguh Kartasura, Sumosudiro mengutip uraian M Ng. Wirasukadga dari Keraton Surakarta sbb. ganja sebit lontar, sirah cecak lancip, badan bilah tebal, dan kau janggal, besi keropos dan keputihan, pamor mengambang dan mubyar menyala putih seperti perak atau tidak berpamor. Gaya keris Kartasura mirip keris Mataram. Pasikutannya nyatriya, terkesan seperti seorang satriya, tetapi kasar. Yang luk umumnya rapat kekar. Empu yang terkemuka di jaman itu adalah Empu Brojo Brojoguno I yang mengabdi di kraton. Hasil karyanya terkesan sangat keras, bisa menembus uang logam, bahkan konon bisa menembus baju besi kere waja. Empu lainnya adalah Empu Sentranaya III, Empu Sendhang Warih, Empu Taruwangsa, Empu Japan dan masih banyak lagi. Di jaman Keraton Kartasura telah dibat duplikat keris pusaka Kangjeng Kyai Ageng Maesa Nualr. Tidak jelas apakah KKA Maesa Nular yang dimiliki Keraton Yogyakarta itu asli atau duplikatnya yang dibuat di jaman Kartasura. Menururt catatan keris pusaka itu berdapur Maesa Lajer. Pada masa itu para empu keraton juga membuat duplikat tombak pusaka Kangjeng Kyai Ageng Pleret. Sewaktu Geger Pacinan tombak inventaris keraton ini diamankan oleh abdidalem Suranata. Namun Pangeran Mangkubumi kemudian menjadi Sri Sultan HB I yang melihatnya segera merebutnya. Selanjutnya menjadi milik Keraton Yogyakarta. Apakah yang dilarikan itu tombak yang tulen ataukah tombak yang putran/tiruan..? sulit untuk dijawab, karena hampir tidak mungkin menelitinya.
Kitab Lubdaka ditulis oleh Empu Triguna. Isinya mirip dengan kitab Hariwangsa Empu Panuluh, yaitu Kresna melarikan Dewi Rukmini 19. Nama kitab yang ditulis oleh Empu Triguna pada zaman Raja Jayaswara yang isinya mengenai perkawinan antara Kresna dan Dewi Rukmini yang sudah ditunangkan dengan Suniti Raja Jedi adalah....A. BaratayudaB. KresnayanaC. SmaradahanaD. LubdakaE. KertajayaJawaban D1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25Kitab Lubdaka ditulis oleh Empu Triguna. Isinya mirip dengan kitab Hariwangsa Empu Panuluh, yaitu Kresna melarikan Dewi Rukmini,. Bedanya di kitab ini, Dewi Rukmini sudah ditunangkan dengan Suniti Raja Jedi. Ketika diculik yang mengejar adalah Rukma adik dari Lubdaka ditulis oleh Mpu Tanakung pada zaman Raja Kameswara. Kitab ini bercerita tentang seorang pemburu bernama Lubdaka yang mengadakan pemujaan terhadap Dewa Syiwa sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka menjadi masuk moral yang dapat kita ambil dari Kitab Lubdaka adalah Tinggi rendahnya martabat seseorang tergantung dari tingkah laku sehingga ketika mengingat Tuhannya, maka percaya dan taatilah perintah dari Tuhan semampu kita. Tidak ada Kata terlambat untuk bertobat Karena sang pencipta maha pemaaf.
Nabi dan Rasul Ulul Azmi, merupakan Nabi yang terpilih dari Allah SWT karena memiliki beberapa Kisah Para Nabi Dan Rasul – Nabi berjumlah sementara Rasul berjumlah 313. Yang wajib adalah 25 Nabi dan 25 yang wajib diantara Ratusan ribu orang adalah sesuatu yang sangat membanggakan. Namun tahukah anda bahwa, diantara yang 25 orang masih ada yang lebih Istimewa. Yakni Ulul Azmi. Daftar IsiNabi dan Rasul Ulul Azmi Nabi Nuh ASNabi Ibrahim ASNabi Musa ASNabi Isa ASNabi Muhammad SAWNabi Dan KitabnyaAdapun Nabi Dan Rasul yang masuk dalam kategori Ulul Azmi adalahNabi Nuh AlaihissalamNabi Ibrahim AlaihissalamNabi Musa AlaihissalamNabi Isa AlaihissalamNabi Muhammad SAWDengan Kisah singkat para Ulul Azmi sebagai berikutNabi Nuh ASMerupakan Nabi yang diutus ke kaum Bani Rasib di daerah sekitar Sungai Eufrat dan Tigris Iraq saat ini. Dalam waktu 950 tahun menjalankan syiar hanya sedikit yang menjadi pengikutnya. Bahkan anaknya yang bernama Kan’an menjadi salah satu dari kaum yang berdosa melawan Nabi Nuh Azmi dalam Islam Foto turun perintah kepadanya untuk membuat sebuah perahu. Kaumnya mentertawakannya. Dan dianggap sebagai manusia yang tidak akhirnya, seluruh kaumnya tenggelam oleh banjir air bah. Sementara Nabi Nuh AS dan pengikutnya selamat setelah menaiki perahu Ibrahim ASNabi Ibrahim As sering diidentikkan sebagai Nabi pencari Tuhan. Dan setelah bertemu Tuhan, ia hancurkan seluruh berhala yang dianggap dilahirkan di Syria, meski ada yang berpendapat bahwa ia di dalam kisah perjuangan untuk Mentauhidkan Allah SWT. Bahwa tidak ada dzat yang pantas disembah selain Allah Raja Namruds yang memerintah daerah itu menolak, bahkan membakar Nabi kejadian itu, Nabi Ibrahim tidak terbakar, bahkan keluar dari api dalam keadaan dingin menggigil. Sebab Api telah dijinakkan oleh Allah Musa ASNabi Musa AS menghadapi Firaun, Raja yang Dzalim dan kejam. Nabi Musa sendiri merupakan anak angkat dari Firaun, setelah dihanyutkan disungai Nil. Dan ditemukan Oleh St Asyiah istri perjalanan waktu, Nabi Musa tumbuh Dewasa. Dan mulai melakukan Syiar. Namun Firaun menolak Syiar Nabi Musa, bahkan hendak ia harus berlari, meninggalkan Firaun dan bala tentaranya. Dan terjebak di laut tongkatnya ia berhasil membelah laut merah, sementara Firaun dan balatentaranya ikut Isa ASMerupakan Nabi yang dilahirkan tanpa seorang ayah. Namun karena kuasa Allah SWT, St Maryam mengandung, hingga melahirkan Nabi Isa perjalanan Syiar yang ia lakukan berhadapan dengan umat yang menolak seluruh ajarannya. Hingga ada rencana pembunuhan dikemudian hari, Judas yang disalib sebab wajahnya dirubah mirip dengan Nabi Isa AS. Sementara Nabi Isa As, belum wafat hingga kini, sebab dirinya diangkat kelangit oleh Allah Muhammad SAWSosok Nabi terakhir yang menyampaikan risalah dan penyempurnaan Agama, dari agama sebelumnya. Untuk mengajarkan tauhid kepada seluruh dengan rasul sebelumnya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan agama dalam beberapa tahun. Namun pengikutnya sangat banyak. Dan menyebar keseluruh Dan KitabnyaKitab suci merupakan representasi Firman AllaH SWT. Dan yang diberikan kitab oleh Allah SWT adalah merupakan nabi yang terpilih. Adapun para nabi dan kitab tersebut adalahNabi Daud AS diberikan kepadanya kitab zabur,Nabi Musa As diberikan kitab taurat,Nabi Isa As Diberikan kitab injil,Nabi Muhammad SAW Diberikan Kitab Al-Qur’an, sebagai kitab yang menyempurnakan kitab-kitab Daftar Lengkap 25 Mukjizat Nabi dan Rasul Allah SWT
Berikut ini adalah sebagian 70 NAMA EMPU KERIS PUSAKA yang tercatat dalam berbagai buku keris Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Pajajaran. Kaleng Pituruh Kuwung Loning Angga Pagelen Sikir Tapan Siyung Wanara Ciung Wanara Anjani lalu pindah ke Tuban Nyi Sombro lalu pindah ke Tuban Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Tuban Kuno. Paneti atau Panekti Suratman Modin alias Bekeljati Galahita atau Salahita Supadriya Sumbro pindahan Pajajaran Anjani pindahan Pajajaran Jirak Ni Sumbaga Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Madura Kuno. Macan Kasa Kacang Lucuguna I. Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Blambangan. Mendung Tembarok Supagati pindahan Majapahit Pitrang pindahan Majapahit Singkir pindahan Majapahit/Tuban Surawisesa Luwuk Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Majapahit. Supagati pernah ke Blambangan Supadriya Jaka Supa Jigja Angga Cuwiri Singkir pernah ke Blambangan Pangeran Sedayu Supagati Jebat Ki Gede Gn. Tawang Empu Pembuat Keris Pusaka Tanggung Jenu. jaka Sura Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Setrabanyu. Setra Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Madiun Kuno. Kodok pindahan ke Madiun Catatan adalah naskah kuno yang menyebut Empu Umyang dan Empu Kodok, orangnya sama. Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Mataram. Arya Japan Ki Guling Ki Nom Ki Legi Ki Umayi Ki Gede Ki Mayang Ki Tundung Ki Tepas Ki Mayang Ki Kalianjir Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Kartasura. Lujuguna II PINDAHAN Madura Brajaguna I PINDAHAN Madura Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Surakarta Brajaguna II Brajaguna III Tirtadangsa Japan Jayasukadga Singawijaya Brajasetama Wirasukadga Mangunmalela Resowijaya Carang Mustapa Empu Pembuat Keris Pusaka Tangguh Yogyakarta Mangkudahana Taruna dahana Supasetika Karyodikromo supowinangun 70 Nama Empu Keris Pusaka diatas diambil dari Kitab/Buku Ensiklopedi Keris Pusaka. kami adalah tempat pemaharan pusaka tosan aji Lihat semua pos dari pusakatempodoeloe
nama nama empu dan kitabnya